Monday 30 October 2017

Penerbangan Pertama Pijar

Usia berapa kamu pertama kali naik pesawat? Kalau Pijar sih, umur 37 hari!

Semua berawal dari pengumuman malam-malam soal mutasi nasional di kementrian tempat bapaknya Pijar kerja. Heboh-heboh akan adanya pengumuman mutasi besar-besaran sudah santer di grup WA sejak sore harinya. Dan benar saja, suami saya kena mutasi ke Pangkalpinang, Bangka segera setelah Lebaran. Padahal saya saat itu sedang hamil 32 minggu. Dengan berbagai pertimbangan, kami memutuskan bahwa saya akan tetap melahirkan di Bekasi di tempat orang tua, dan si anak yang baru lahir nanti akan dibawa menyusul bapaknya setelah usianya lewat sebulan.

Setelah si anak - yang kemudian diberi nama Pijar itu - hampir berumur sebulan, pertanyaan seriusnya muncul: bolehkah bayi usia sebulan dibawa naik pesawat terbang? Kalau telepon ke maskapainya (dalam kasus ini: Garuda) sih, mereka membolehkan bayi di atas dua minggu untuk terbang. Tapi orang-orang di sekitar meragukan. Nanti gendang telinganya sakit. Mbah google memberikan jawaban yang beragam dan menggantung, tidak memuaskan.

Pencerahan akhirnya datang dari dokter anak Markas Sehat yang memeriksa Pijar saat usianya tepat satu bulan. Tidak masalah, jelas pak dokter, asalkan kondisi anak sedang fit dan memang perjalanannya diperlukan. Gimana telinganya, apa nggak pengeng? Yang penting disusui saja selama take off dan landing, sama seperti kita yang dewasa mengunyah atau menelan ludah untuk mengurangi rasa pengeng di telinga kan, jawab pak dokter santai.

Berbekal surat keterangan sehat dari pak dokter, minggu depannya Pijar akhirnya benar-benar naik pesawat! Perjalanan sebenarnya cuma satu jam, tapi delay dan menunggu antrian terbang di dalam pesawatnya juga satu jam sendiri. Pake drama pindah gate di Terminal 3 Ultimate Soetta yang jauhnya lumanyun pula hahaha. Tapi alhamdulillah sepanjang penerbangan Pijar anteng dan asik nyusu, paling menggeliat sedikit pas kerasa posisinya nggak nyaman. Kayaknya sih dia agak pegel karena posisinya mesti tiduran miring di pangkuan saya padahal kakinya udah lebih panjang daripada lebar kursi pesawat kelas ekonomi (mestinya naik business atau first class *maunya *dikeplak :p).

Jadi, apa aja nih tipsnya bawa bayi usia sebulanan naik pesawat? Kalau dari pengalaman saya sih....

1. Kontak dulu maskapai yang rencananya akan ditumpangi, tanyakan soal aturan dan persyaratan membawa bayi. Nggak lucu kan, kalau udah ribet-ribet akhirnya malah ditolak terbang di bandara *tepok jidat*.

2. Kunjungi dokter anak seminggu atau tiga hari sebelum keberangkatan, pastikan kondisi anak fit dan minta saran dari dokter, sekaligus minta keterangan sehat boleh juga, buat jaga-jaga seandainya ditanyakan ketika check-in penerbangan.

3. Bawa perlengkapan dasar bayi (pospak, set pakaian ganti bayi, tisu basah untuk cebok) dan ganti popok sesaat sebelum boarding. Popok yang masih ringan dan kering bakal bikin si anak lebih nyaman, juga menghindarkan emaknya dari keribetan mesti ganti popok di dalam pesawat (untuk penerbangan jarak dekat). Beberapa orang mungkin akan perlu membawa susu dan peralatan minum bayi, tapi berhubung saya menyusui langsung, jadi cuma bawa diri dan pakai baju menyusui yang nyaman.

4. Bawa perlengkapan tambahan lain yang kira-kira bakal diperlukan untuk mendukung kenyamanan. Dalam kasus ini, saya bawa stroller lipat dan itu amat sangat membantu ketika harus lari-lari pindah gate yang jauh.

5. Anak di bawah umur 2 tahun tidak dapat tempat duduk sendiri, dan untuk penerbangan domestik jarak dekat umumnya juga tidak disediakan bassinet. Jadi mau nggak mau, bayi harus dipangku sepanjang perjalanan (dengan fitur keamanan berupa sabuk bayi yang dipasang melingkari sabuk pengaman pemangku). Tadinya sih, saya pikir, nanti di tengah perjalanan saat pesawat sudah stabil di udara, bisa lah ganti-ganti posisi pangkuannya biar nggak pegel. Realitanya, melepas sabuk pengaman bayi dan memindahkannya di ruang kursi yang sempit ternyata susyeh bro! Akhirnya saya pasrah membiarkan lengan kiri saya kebas menahan kepala Pijar selama dua jam non-stop fyuhh.

5. Susui bayi, terutama saat take-off dan landing. Ketika itu saya sih membiarkan Pijar nempel di dada saya sepanjang perjalanan, jadi kalau diperlukan tinggal lep! Nggak pake ribet atur ulang posisi lagi, ndak keburu anaknya ngamuk hahaha.

6. Jangan ragu meminta bantuan pramugari. Ketika itu, pesawat belum terbang karena masih menunggu antrian dan saya sudah haus berat, maklum lah ya, disedotin anak terus . Jadi saya pencet aja tombol bantuan di atas kursi, minta air minum ke pramugari. Boleh kok, meski pesawat belum terbang.

7. Terakhir, dan yang paling penting menurut saya sih: tetap nyantae! Di saya kerasa banget sih, kalau saya gelisah atau panik sedikit, Pijar bakal mulai oek-oek. Tapi kalau saya tenang, lagi turbulensi atau guncangan kencang saat pesawat mendarat pun Pijar tetap anteng bobok manis.

Happy traveling, baby! ;)